Wajah Pendidikan Masa Depan

Mari berandai-andai, memimpikan bersama seperti apa wajah pendidikan kita dimasa depan.

Aku memimpikan sebuah dunia dimana seorang pembelajar dapat belajar apapun yang ia sukai, alih-alih dijejali dengan pengetahuan yang barangkali dimasa depan tidak akan pernah digunakan. Tak usah khawatir dengan pengetahuan yang lain, Ketertarikan pada sesuatu akan mengantarkan ia pada sesuatu yang lain. Ilmu tak pernah tersekat, itu saling terhubung, saling terkoneksi, dan saling melengkapi.

Sistem pengajaran akan berubah, semuanya. kita semua tahu pendidikan adalah unit yang paling susah berubah. Teknik pengajaran kita saat ini tak ada bedanya dengan beberapa puluh tahun yang lalu. Hidup harus adaptif, manusialah yang memegang kunci, menjadi alasan kenapa sistem diciptakan.

Manusia menciptakan sistem untuk mempermudah semuanya, sistem harus fleksibel dengan kebutuhan manusia. bukan kebalikannya, dimana manusia harus mengikuti aturan-aturan baku yang sudah tak relevan lagi. Memaksa manusia menurut dengan sistem.

Jaringan nirkabel sudah memulainya lebih dulu. Memberikan gagasan tentang bagaimana kita dapat belajar bahkan tanpa keluar menjejakkan kaki satu incipun diluar rumah.

Tapi, apakah pada akhirnya pendidikan akanlah tetap seperti ini. Tanpa kita bisa memilih dengan bebas topik pembelajaran yang kita sukai. Semua sudah ditentukan, atau jika tidak, kompetensi tidak akan pernah sesuai dengan target.

Pendidikan untuk dunia kerja. Pendidikan untuk gelar. Pendidikan sebagai formalitas.

Jangan khawatir, selalu ada alternatif. Belajar otodidak tidak pernah menjadi suatu kejahatan. Jika iya, maka dari mana guru-guru besar belajar sebelum pendidikan tercipta? Jawabannya sudah tersedia di alam raya, tugas pembelajar adalah menerjemahkan. Dan tidak pernah ada yang mengajari, hanya dituntun, mereka belajar dengan sendirinya.

Soshum dapat belajar Saintek, dan Saintek dapat belajar Soshum. Untuk apa memberikan sekat-sekat pada bidang keilmuan? Masa depan akan sangat menarik ketika tak ada lagi manusia Saintek mempertanyakan kenapa manusia Soshum bisa mengerti mengenai trigonometri dan embriologi pada tumbuhan. Semua saling terkoneksi.

Besok tidak akan ada lagi istilah bekerja. Semuanya adalah berkarya. Tidak ada lagi petani bekerja, mereka melakukan sesuatu dengan tanah, dengan hujan, dengan padi-padi. Bukanlah beras yang mereka tuai, namun sebuah mahakarya.

Minyak adalah karya. Plastik adalah karya. Sampah adalah karya. Masa depan kita tak perlu mengkhawatirkan hal-hal yang tidak penting, kita akan lebih menghargai apa-apa yang kita punya.

Kita tak punya barang, benda-benda bukan komoditas. Itu adalah karya, yang akan kita hayati penciptaannya. Kita perlakukan dengan bermartabat.

Pendidikan kembali pada cita-cita mulianya, untuk memberikan kesejahteraan pada masyarakat. Memberikan kemerdekaan dari ketidaktahuan. Pendidikan bukan hanya yang berada di kursi-kursi dan bangku-bangku, ia ada di manapun orang-orang belajar, bertanya, dan saling melengkapi.

Akankah kita siap? Memurnikan kembali nilai-nilai pendidikan. Menjadi pembelajar dan terus mengejar pengetahuan demi memberikan mahakarya terbaik untuk semesta. Akankah kita siap?

Tinggalkan komentar